Tuesday, December 27, 2016

Menelusuri Peninggalan Sejarah di Jakarta dan Bandung : Alternatif Wisata Akhir Pekan Bermanfaat

Sewa Mobil Jakarta
Logo DOcar

Warga Jakarta dan Bandung bisa dibilang sebagian besar merupakan pendatang. Mereka mencari nafkah di dua kota tersebut untuk menyambung hidup. Seperti layaknya orang biasa, para warga ini tentunya ingin bersantai sejenak di akhir pekan. Namun, terkadang mereka terkendala waktu dan biaya untuk bepergian ke destinasi wisata yang jauh. Padahal, di kedua kota tersebut, mereka bisa mengunjungi berbagai tempat wisata yang tak kalah menarik dengan destinasi wisata luar kota.

Sebenarnya, ada banyak jenis wisata di DKI Jakarta dan Bandung. Akan tetapi, saya akan membahas wisata sejarah di kedua kota tersebut untuk artikel ini. Menurut hemat saya, mengunjungi objek-objek bersejarah adalah pilihan tepat untuk menghabiskan akhir pekan sembari memperluas wawasan kita. Lokasi-lokasi wisata tersebut cukup mudah dijangkau dengan kendaraan umum maupun pribadi. Saran saya, gunakan layanan sewa mobil jakarta agar Anda bisa menjangkau destinasi-destinasi wisata tersebut dengan mudah, aman, dan nyaman.

Berikut adalah 3 destinasi wisata sejarah di DKI Jakarta: 

1. Kota Tua Jakarta
Kawsan Kota Tua berada di Pinangsia, Tamansari. Wilayah tersebut meliputi sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta; tepatnya mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai dengan Museum Bank Indonesia. Adapun bangunan bersejarah yang berada di sini adalah Toko Merah, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Fatahillah, Pelabuhan Sunda Kelapa, Cafe Batavia, Musuem Sejarah Jakarta, Museum Wayang, dan area Peninggalan Belanda. Dengan demikian, mengunjungi Kota Tua Jakarta sama saja berpetualang ke masa lalu.

Ada dua zona di kawasan Kota Tua Jakarta. Zona pertama adalah Zona Peninggalan Belanda (Oud Batavia). Zona tersebut berbentuk sebuah area mini dari sebelah utara hingga sebelah barat. Sesuai nama zonanya, wisatawan bisa mendapati pemandangan gedung-gedung tua milik orang Belanda jaman dahulu. Bangunan-bangunan tersebut didirikan pada abad ke-19 dan 20.

Zona berikutnya berupa taman yaitu Taman Fatahillah. Wilayah taman tersebut juga merupakan lokasi berdirinya Kantor Pos Indonesia, Cafe Batavia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik.

2. Museum Satriamandala
Museum Satriamandala Tentara Nasional Indonesia (TNI) berlokasi di bekas rumah Ratna Sari Dewi Soekarno.Pemugaran rumah untuk dijadikan museum dimulai pada tanggal 15 November 1971.

Pembangunan tahap pertama dilakukan pada 5 Oktober 1972 setelah diresmikan oleh Presiden RI kedua, Soeharto. Saat itu, dilakukan pula peresmian nama Museum Satriamandala. Nama Satriamandala berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “lingkungan keramat para ksatria”.

Museum Satriamandala menyimpan peralatan perang yang meliputi aneka senjata berat maupun ringan. Senjata-senjata tersebut digunakan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia dari masa lalu hingga masa modern. Wisatawan bisa menemukan meriam, ranjau, rudal, tank, pesawat terbang, helikopter, dll. di museum tersebut. Berbagai senjata dan kendaraan tempur berukuran besar dipajang di halaman museum.Atribut ketentaraan seperti panji-panji TNI dan lambang-lambang TNI juga dipamerkan di lingkungan museum.

Ruang pameran museum ini juga diisi dengan diorama tiga dimensi, tandu untuk mengusung Panglima Besar Jenderal Soedirman saat bergerilya, taman bacaan anak, kios cinderamata, dan kantin.

3. Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok)
Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) berada di Jalan Imam Bonjol No. 1, Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini dibangun di sebuah gedung berarsitektur Eropa yang dijadikan monumen peristiwa proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Indonesia. Gedung tersebut dibangun pada tahun 1920.

Munasprok terdiri dari empat ruangan. Tiap-tiap ruangan memiliki nilai sejarah tersendiri. Ruang pertama berbentuk ruang tamu sekaligus kantor Laksamana Maeda. Sementara ruang kedua adalah tempat Soekarno-Hatta bersama pengurus perumusan naskah Proklamasi lainnya mengadakan rapat bersama di meja bundar.

Ruang ketiga Munasprok adalah tempat Soekarno-Hatta menandatangani naskah Proklamasi. Ruang tersebut menjadi tempat pertama kalinya naskah proklamasi dibacakan. Terakhir, ruang keempat kini dijadikan tempat memajang benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan perumusan naskah Proklamasi seperti pakaian, jam tangan, dan pulpen. Di tempat itulah, Sayuti Melik ditemani B.M. Diah mengetikkan naskah proklamasi. Naskah tersebut sudah melalui proses pengeditan secara bermusyawarah.

Berikut adalah 3 destinasi wisata sejarah di Kota Bandung: 

1. Jalan Braga
Jalan Braga merupakan sebuah jalan utama di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, jalan ini sudah cukup dikenal masyarakat. Pada masa sekarang, jalan ini ditetapkan sebagai salah satu maskot dan objek wisata Kota Bandung. Anda bisa mengunjungi Jalan Braga dengan rental mobil Bandung.

Keunikan Jalan Braga adalah tata kotanya masih mempertahankan tata kota pada jaman Hindia Belanda. Bentuk jalan, tata letak pertokoan, arsitektur gedung-gedung, masih mencirikan era tahun 1920 sampai dengan 1940-an.

Selain Jalan Braga, dua jalan di sekitarnya yaitu Jalan Pos Besar dan Jalan Suniaraja masih mempertahankan lingkungan seperti tahun 1811 silam.Di sepanjang Jalan Braga, pengguna jalan bisa menemukan Gedung Merdeka, Apotek Kimia Farma, dan pertokoan Sarinah yang masih mempertahankan bangunan lama.

2. Villa Isola
Villa Isola adalah sebuah bangunan villa di dekat di pinggiran utara Kota Bandung. Vila ini kini dipakai oleh Universitas Pendidikan Indonesia sebagai kantor rektorat.
Villa Isola merupakan sebuah bangunan bergaya arsitektur Art Deco yang dibangun pada tahun 1933. Pemiliknya adalah seorang bernama Dominique Willem Berretty.Dia merupakan wartawan dan direktur perusahaan pers ANETA. Perancang Villa Isola adalah Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Bangunan tersebut sempat menjadi bagian dari Hotel Savoy Homann setelah dijual.

3. Kilometer 0 Bandung
Titik Kilometer Nol Kota Bandung berada di depan Kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat, Jalan Asia Afrika. Penempatan titik 0 ini diprakarsai salah satunya oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Heman Willem Daendels.

Daendels, bersama dengan Bupati Wiranatakusumah II, datang ke hutan yang akan dilewati jalur pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos) pada tahun 1810.Dia menancapkan tongkatnya sambil mengatakan bahwa jika dia kembali ke tempat tersebut, dia ingin agar daerah tersebut telah dibangun sebuah kota.

Bupati Wiranatakusumah II mendapatkan Surat Keputusan pada tanggal 25 September 1810. Surat itu berisi perintah memindahkan kota kabupaten ke tempat Daendels menancapkan tongkatnya. Tanggal kelahiran Kota Bandung pun ditetapkan pada tanggal saat Sang Bupati mendapatkan SK. Titik tongkat Daendels ditancapkan menjadi titik Kilometer Nol Kota Bandung.

Sedikit uraian mengenai beberapa peninggalan sejarah yang ada di Jakarta dan Bandung 
di atas semoga dapat menjadi masukan untuk Anda. Sewa mobil online melalui aplikasi DOcar atau situs resminya untuk perjalanan wisata yang menyenangkan. Anda bisa mengunduh aplikasi DOcar sewa mobil online secara gratis di https://play.google.com/store/apps/details?id=com.DOcar.


EmoticonEmoticon